Selasa, 29 April 2014

Indera Keenam -Gado Gado dimuat di Femina 16/XLII-19-25 April 2014


Naskah asli

            Selalu menangis menjerit-jerit menjelang magrib, terbangun di tengah malam dan menunjuk sesuatu seringkali dialami Ading saat masih berusia satu tahun. Ia akan bisa sedikit tenang jika saya menyenandungkan ayat-ayat suci atau bershalawat. Atau pada suatu saat ketika saya  sedang sibuk memasak di dapur  ia seringkali terdengar berbicara sendiri  kemudian tiba-tiba berhenti saat saya menengoknya.
            “kakak, ngobrol sama mainan ya?” tanya saya, namun ia hanya tersenyum sambil mengangkat telunjuknya dan menunjukkan sesuatu di sampingnya. Kemampuan berbicara Ading memang bisa dibilang terlambat karena di usia 13 bulan saat saya mulai mendeteksi ada yang berbeda pada putra semata wayang saya, ia masih belum bisa berbicara. Apa yang saya, Ading dan keluarga kami alami terjadi begitu saja dan terasa begitu tiba-tiba, yah mungkin karena saat itu saya sering meninggalkannya bekerja sehingga pengawasan saya menjadi berkurang. Kecurigaan saya akan kemampuan yang diturunkan dari beberapa anggota keluarga saya akan kepekaan indera ke enam pada si kecil semakin kuat saat Ading sudah mulai bisa berbicara dan bercerita.
            Pada waktu yang berbeda  tiba-tiba ia marah dan segera menarik tangan saya apabila saya meminta Ading untuk mengulurkan tangan dan mencium tangan teman-teman atau rekanan ketika ia seringkali saya ajak saat tak ada pengasuhnya.
            “Bunda, jangan main sama tante yang pake baju pink itu. bunda nanti dibikin nangis” kalimat ini hanya salah satu dari sekian banyak kalimat yang Ading lontarkan dan saya hanya melewatkan begitu saja tak memasukkan ke hati dari celotehan Ading yang seringkali aneh meski akhirnya ternyata semuanya terjadi.
            Kecurigaan saya semakin terbukti saat Ading duduk di bangku taman kanak-kanak. Tiba-tiba saja ia tak mau masuk ke gerbang sekolah padahal beberapa hari sebelumnya ia menunjukkan bahwa ia sangat menyukai kegiatan barunya. Perilakunya yang tiba-tiba menangis dengan lengkingan yang tinggi sambil berguling-guling di lantai cukup membuat repot semua guru dan saya yang seringkali menungguinya bersekolah. Puncaknya ia tak mau lagi sekolah tanpa alasan. Saya terpaksa menurutinya karena tangisan dan sikap memberontak saat di sekolah cukup mengganggu  teman-teman sekelasnya. Tangisannya akan seketika terhenti saat saya kembali lagi membacakan doa-doa sambil berusaha memeluknya.
            Semuanya butuh perjuangan karena setiap kali saya mengantar Ading sekolah saya selalu berusaha mengajaknya membaca doa doa pendek saat duduk bersama di dalam kendaraan sepanjang perjalanan menuju sekolah. Memang awalnya sulit karena seringkali ia memaksakan diri agar bisa bermain game di gadget miliknya. Namun inilah, anugerah Allah yang tak terkira. Ketika saya dianugerahi Ading yang notabene memiliki kelebihan kepekaan indera keenam, sayapun telah memilikinya terlebih dahulu sejak seusia Ading pula. Apa yang Ading rasakan seringkali saya rasakan pula karena sayapun bisa melihat apa yang terjadi namun tak kasat mata meski tak semua kelebihan yang dimiliki Ading juga saya miliki.
            Kelebihan Ading yang memiliki kepekaan indera keenam rupanya jauh melebihi perkiraan saya. Meninggalnya pemilik sekolah dimana Ading bersekolah sebenarnya beberapa hari sebelumnya telah diungkap. Ia hanya mengatakan bahwa saya harus segera menengok kakek-kakek yang tinggalnya di lantai dua sekolahnya. Kelebihan inilah yang tidak saya miliki sehingga seringkali saya tidak ngeh dengan apa yang diceritakan Ading. Setelah beberapa hari kemudian ternyata kejadian kejadian yang ia ceritakan benar-benar terjadi. Tak hanya itu, beberapa kali Ading seringkali menceritakan apa yang telah saya alami semasa kecil padahal sekalipun saya tak pernah menceritakan kepada Ading atau kepada suami. Ah, Nak Bunda akan menjagamu semampu Bunda. Kelebihan Ading yang makin tajam dari hari ke hari seringkali membuat orang lain terheran-heran. Hanya saya yang merasakan bahwa apa yang Ading rasakan sebenarnya menganggu karena benda-benda tak kasat mata hanya kami berdua yang tahu.
            Hanya mengajarkan doa-doa dan pengetahuan tentang benda-benada tak kasat mata yang sama-sama ciptaan Tuhan yang bisa saya lakukan menghadapi hal ini. Meski semakin kuat kepekaan indera keenamnya namun berkat penjelasan yang saya berikan tentang kelebihan yang ia miliki, sejak saat itu pula ia tidak frontal untuk menunjukkan kepada sekitarnya bahwa ia melihat sesuatu yang orang lain tidak lihat.
            Alhamdulillah, anugerah kepekaan indera keenam yang Ading miliki dapat dikendalikan berkat pengetahuan agama dan berbagai macam doa yang sudah ia kuasai. Meski saat berada di rumah atau ketika kami bertiga, Ading, saya dan ayahnya bersama-sama pergi ke suatu tempat dan Ading menunjukkan sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh ayahnya atau orang lain yang tidak memiliki kelebihan seperti yang Ading miliki.
            “Bunda, kok di jembatan itu ada yang pakai baju panjaaaaaang banget. Ading takut” untunglah kami kedua orangt tuanya memahaminya sebagai anak indigo yang memiliki kepekaan terhadap apa yang terjadi di sekitarnya.
            Hanya satu hal yang cukup sulit saya cegah saat saya atau suami berkumpul dengan teman-teman atau keluarga besar yaitu ketika Ading memiliki kemampuan membaca isi hati orang lain.
            “kok tante bohong sih”
            “kalau Bunda nggak suka bilang aja “
            “kalau Ayah marah ke Bunda harus ngomong dong”
Atau bahkan ia hanya sekedar berbisik “Bunda jangan main sama tante itu lagi ya nanti uang bunda hilang” celotehan yang gampang-gampang susah dicerna namun memang benar-benar terbukti karena beberapa waktu kemudian apa yang dikatakan Ading terjadi, entah karena memang bakat kepekaan indera keenam yang tajam atau karena kebetulan saja.
            Diluar itu semua, hanya rasa syukur yang bisa saya panjatkan kepada Tuhan atas anugerah memiliki anak yang memiliki kelebihan kepekaan indera keenam. Semoga ini menjadi jalan agar kami semakin dekat kepada Sang Pencipta dan makin mensyukuri nikmat yang kami peroleh selama ini.










 Naskah yang telah diedit dan dimuat 
huruf tercetak merah = kalimat-kalimat yang dibuang
huruf tercetak biru = kalimat tambahan dari editor
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


            Selalu menangis menjerit-jerit menjelang magrib, terbangun di tengah malam dan menunjuk sesuatu seringkali dialami Ading saat masih berusia satu tahun. Ia akan bisa sedikit tenang jika saya menyenandungkan ayat-ayat suci atau bershalawat.
            Suatu saat saya sedang sibuk memasak di dapur. Ia terdengar berbicara sendiri, lalu tiba-tiba berhenti saat saya menengoknya.
            “kakak, ngobrol sama mainan ya?” tanya saya.
            namun ia hanya tersenyum sambil mengangkat telunjuknya dan menunjukkan sesuatu di sampingnya.
            Kemampuan berbicara Ading memang bisa dibilang terlambat, karena di usia 13 bulan saat saya mulai mendeteksi ada yang berbeda pada putra semata wayang saya, ia masih belum bisa berbicara.
Namun, ia sepertinya memiliki kemampuan lain yang berbeda. Ia sangat peka.
Apa yang saya, Ading dan . keluarga kami alami terjadi begitu saja dan terasa begitu tiba-tiba, yah mungkin karena saat itu saya sering meninggalkannya bekerja sehingga pengawasan saya menjadi berkurang.
Kecurigaan saya akan kemampuan yang diturunkan dari beberapa anggota keluarga saya akan kepekaan indera ke enam pada si kecil semakin kuat saat Ading sudah mulai bisa berbicara dan bercerita.
            Pada waktu yang berbeda  tiba-tiba ia marah dan segera menarik tangan saya, apabila saya meminta Ading untuk mengulurkan tangan dan mencium tangan teman-teman atau rekanan ketika ia seringkali saya ajak saat tak ada pengasuhnya ia sedang bepergian bersama saya.
            “Bunda, jangan main sama tante yang pake baju pink itu. bunda nanti dibikin nangis” kalimat ini hanya salah satu dari sekian banyak kalimat yang Ading lontarkan dan mengejutkan saya. Saya biasanya tidak anggap serius, namun seringkali ucapannya itu kemudian terbukti. hanya melewatkan begitu saja tak memasukkan ke hati dari celotehan Ading yang seringkali aneh meski akhirnya ternyata semuanya terjadi.
“Bunda, kok di jembatan itu ada yang pakai baju panjaaaaaang banget. Ading takut” untunglah kami kedua orangt tuanya memahaminya sebagai anak indigo yang memiliki kepekaan terhadap apa yang terjadi di sekitarnya.

            Saat Ading sudah masuk TK Kecurigaan saya semakin terbukti saat Ading duduk di bangku taman kanak-kanak. Tiba-tiba saja ia tak mau masuk ke gerbang sekolah padahal beberapa hari sebelumnya ia menunjukkan bahwa ia sangat menyukai kegiatan barunya.
            Ia tiba-tiba Perilakunya yang tiba-tiba menangis dengan lengkingan yang tinggi sambil berguling-guling di lantai dan cukup membuat repot semua guru dan saya yang seringkali menungguinya. bersekolah.
            Puncak protesnya suatu hari ia menolak pergi ke sekolah tanpa alasan. Saya terpaksa menurutinya karena tangisan dan sikap memberontak saat di sekolah sudah cukup mengganggu  teman-teman sekelasnya. Tangisannya akan seketika terhenti saat saya kembali lagi membacakan doa-doa sambil berusaha memeluknya.
            Semuanya butuh perjuangan karena setiap kali saya mengantar Ading sekolah saya selalu berusaha mengajaknya membaca doa doa pendek saat duduk bersama di dalam kendaraan sepanjang perjalanan menuju sekolah. Memang awalnya sulit karena seringkali ia memaksakan diri agar bisa bermain game di gadget miliknya. Namun inilah, anugerah Allah yang tak terkira. Ketika saya dianugerahi Ading yang notabene memiliki kelebihan kepekaan indera keenam, sayapun telah memilikinya terlebih dahulu sejak seusia Ading pula. Apa yang Ading rasakan seringkali saya rasakan pula karena sayapun bisa melihat apa yang terjadi namun tak kasat mata meski tak semua kelebihan yang dimiliki Ading juga saya miliki.
            Kelebihan Ading rupanya jauh melebihi perkiraan saya. yang memiliki kepekaan indera keenam rupanya jauh melebihi perkiraan saya. Meninggalnya pemilik sekolah dimana Ading bersekolah sebenarnya beberapa hari sebelumnya telah diungkap.
Ia hanya mengatakan bahwa saya harus segera menengok kakek-kakek yang tinggalnya di lantai dua sekolahnya. Kelebihan inilah yang tidak saya miliki sehingga seringkali saya tentu  tidak ngeh dengan apa yang diceritakan Ading.
Baru setelah pemilik sekolah yang tinggal di lantai dua itu berpulang, saya mengerti apa yang ia maksudkan. Setelah beberapa hari kemudian ternyata kejadian kejadian yang ia ceritakan benar-benar terjadi. Tak hanya itu, beberapa kali Ading seringkali menceritakan apa yang telah saya alami semasa kecil padahal sekalipun saya tak pernah menceritakan kepada Ading atau kepada suami. Ah, Nak Bunda akan menjagamu semampu Bunda. Kelebihan Ading yang makin tajam dari hari ke hari seringkali membuat orang lain terheran-heran. Hanya saya yang merasakan bahwa apa yang Ading rasakan sebenarnya menganggu karena benda-benda tak kasat mata hanya kami berdua yang tahu.
            Tak banyak yang bisa saya lakukan untuk mengantisipasi kelebihannya.Hanya mengajarkan doa-doa dan pengetahuan tentang benda-benada tak kasat mata yang sama-sama ciptaan Tuhan yang bisa saya lakukan menghadapi hal ini kelebihan Ading.
Saya menjelaskan kepadanya tentang kelebihan Meski semakin kuat kepekaan indera keenamnya namun berkat penjelasan yang saya berikan tentang kelebihan yang ia miliki, sejak saat itu pula sehingga ia tidak frontal untuk menunjukkan kepada sekitarnya bahwa ia melihat sesuatu yang orang lain tidak lihat.
            Alhamdulillah, anugerah kepekaan indera keenam yang Ading miliki dapat dikendalikan berkat pengetahuan agama dan berbagai macam doa yang sudah ia kuasai. Meski saat berada di rumah atau ketika kami bertiga, Ading, saya dan ayahnya bersama-sama pergi ke suatu tempat dan Ading menunjukkan sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh ayahnya atau orang lain yang tidak memiliki kelebihan seperti yang Ading miliki.
            Hanya satu hal yang cukup sulit saya cegah saat saya atau suami berkumpul dengan teman-teman atau keluarga besar kami.  yaitu ketika Ading spontan seperti memiliki kemampuan membaca isi hati orang lain tamu tamu yang datang.
            “kok tante bohong sih”
            “kalau Bunda nggak suka bilang aja “
            “kalau Ayah marah ke Bunda harus ngomong dong”
Atau bahkan ia hanya sekedar akan berbisik “Bunda jangan main sama tante itu lagi ya nanti uang bunda hilang” celotehan yang berbahaya. gampang-gampang susah dicerna namun memang benar-benar terbukti karena beberapa waktu kemudian apa yang dikatakan Ading terjadi, entah karena memang bakat kepekaan indera keenam yang tajam atau karena kebetulan saja.
            Diluar itu semua, hanya rasa syukur yang bisa saya panjatkan kepada Tuhan atas anugerah memiliki anak yang memiliki kelebihan kepekaan indera keenam. Semoga ini menjadi jalan agar kami semakin dekat kepada Sang Pencipta dan makin mensyukuri nikmat yang kami peroleh selama ini.











6 komentar:

  1. Selamat yaa...tulisannya sudah tampil di Media. Pasti tambah semangat kedepan.
    Saya juga ingin... Mudah-mudahan bisa tembus!

    BalasHapus
    Balasan
    1. terus menulis dan tidak menyerah kirim ke media. semoga berhasil ya mbak

      Hapus
  2. selamat ya mak bisa tembus femina. aku udah pernah buat dan krm tp blm dimuat jg.. ada tipsnya ? hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. tipsnya apa ya? menulis menulis dan menulis. semua mengalir apa adanya mbak..

      Hapus
  3. wah, apa tdk ada rencana utk menutup indra keenam itu mbak? tp kalo anaknya tidak merasa terganggu ya seharusnya tdk apa2 ya.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudah mbak..kami sudah berusaha. ruqyah, menutupnya, pengajian, dan tentunya mendoakannya tentu sebagai orangtua akan melakukannya. namun sehari ditutup, esok membuka. konsultasi dengan beberapa ustad juga kami lakukan. namun hasilnya sama, kami sudah ikhlas dengan anugerah yang diberikan Allah kepada Fadhiil. berhusnudzan bahwa ada rencana indah dibalik ini semua yang sedang disusun oleh Allah

      Hapus

Mood booster masa PSBB di Coger madani , ngopi asyik di Bandung timur

Frezze ...     Iya. Menyelesaikan naskah berhari hari sudah jadi makanan saya selama  8 tahun ini. Dalam 2 bulan bisa 2-3 naskah buku yang...