Minggu, 30 November 2014

Jembatan Suramadu Karya spektakuler mendongkrak ekonomi, sosial dan budaya pulau Madura nan eksotis

Suramadu di malam hari 








Siapa yang tidak kenal jembatan Suramadu?
jembatan yang melintasi selat Madura menghubungkan Pulau Jawa (Surabaya) dan Pulau Madura (Bangkalan) Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini bahkan kabarnya terpanjang di Asia Tenggara. Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu Jalan Layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge).

Sayangnya saya baru menginjakkan kaki di jembatan suramadu di tahun 2010 tepatnya di moment idul fitri setelah hampir setahun jembatan Suramadu diresmikan di tanggal 10 juni 2009.
Setelah bermukim di kota Bandung selama tiga tahun akhirnya saya dapat kembali menginjakkan kaki di pulau Madura.
Saya adalah orang keturunan Madura namun tidak pernah besar dan bermukim di pulau Madura. Bahkan almarhum ayah sayapun dimakamkan di Pamekasan Madura karena beliau memang asli 100% Madura . rupanya inilah hikmahnya beliau dimakamkan di kota Pamekasan Madura sehingga kami putra-putrinya dan cucunya masih memiliki keterikatan dan tak terputus hubungan sebagai ‘reng medhureh’. Alhasil sayapun akhirnya dapat menikmati Jembatan Suramadu setiap kali mudik ke Jawa Timur.
Sebelumnya di tahun 2007 hingga akhirnya pindah dan bermukim di Bandung, Jembatan suramadu masih dalam tahap pengerjaan sehingga saat saya berkunjung ke rumah sanak saudara di Madura, saya bersama suami menggunakan moda transportasi kapal ferry untuk mencapai Pulau Madura. Antri, menyeberang dengan ditemani oleh ombak laut yang relatif bersahabat, dan tentunya membutuhkan waktu kurang lebih minimal satu jam untuk menyeberang dari surabaya ke Kamal Madura. Namun semenjak Jembatan suramadu beroperasi, hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh menit untuk mencapai Pulau Madura.
                Perjalanan Mudik dari Bandung- Malang-Madura di tahun 2010 yang melelahkan ternyata harus dibarengi dengan acara nyasar karena minimnya petunjuk yang mengarahkan ke Suramadu semenjak kendaraan kami keluar dari tol Malang-Surabaya. Galau tingkat tinggi saat petunjuk GPS dan petunjuk di jalan tidak sama..ooohhh buat kami yang telah lama tak bermukim di Jawa Timur tentunya menyulitkan. Rasanya ingin melanjutkan perjalanan dengan kapal Ferry saja bila kami tak kunjung menemukan dimana Jembatan Suramadu.
benar kan...begitu riangnya anakku saat menara kembar terlihat di kejauhan
Namun akhirnya karena bujuk rayu si kecil yang ingin menikmati perdana jembatan kebanggaan Warga Jawa Timur maka  kami rela tanya sana sini, naik turun kendaraan untuk bertanya.
Yuhuuu ….akhirnya perjuangan kami berhasil. Kelelahan dan kesasar akhirnya terbayar dengan terlihatnya dari kejauhan menara kembar di Jembatan Utama Suramadu.
Meski demikian kami berharap agar instansi yang memiliki otorisasi pembuatan petunjuk jalan ke arah Suramadu perlu memperbanyak dan memperjelas petunjuk arah sehingga "turis" seperti kami tidak akan nyasar.

berfoto sejenak sepulang dari Pamekasan


“Bunda, itu Suramadu? Kereeeeen” ungkap putra kami setelah melihat dari kejauhan, Jembatan yang membuat kami penasaran. Eksotiknya pemandangan di sekitar jembatan suramadu makin terasa ketika kami melihat di kejauhan banyak  Kapal yang berlalu lalang, pemandangan pelabuhan kamal dan makin membuat kami terpesona dan nekat untuk berhenti. Ups, berhenti? Boleh? Tentu tidak, ada patroli Jalan Raya yang siap memperingatkan para pengemudi kendaraan yang berhenti di badan jalan.meski di Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter namun untuk keselamatan pengguna jembatan maka terdapat rambu larangan berhenti. Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar jembatan. Tapi nekat ya tetap nekat, hitung-hitung oleh-oleh dan kenangan bila kami kembali ke kota Bandung.


Ssttt…Pengelola Suramadu, please sediakan tempat bagi kami anak negeri yang amat bangga dengan karya spektakuler ini untuk selfi ya..atau bahkan tentunya turis manca/domestik tak berkeberatan apabila pengelola jembatan Suramadu menyediakan juru foto di tempat yang relatif aman di area Suramadu untuk berfoto dengan biaya yang rasional. bukankah dengan memberdayakan warga setempat sebagai juru foto akan membuka lapangan kerja baru? Kami tunggu , sehingga tak ada lagi pengguna jalan yang berhenti di sembarang tempat untuk berfoto seperti kami....


sumber :hitzithariqi.wordpress.com
sebelum Suramadu beroperasi, warga Madura siap dengan antrian panjang;                                       sumber : Kabarbisnis.com
Memasuki area Jembatan Suramadu maka cukup dengan 30 ribu rupiah untuk tiket kendaraan roda 4 , yang pasti lebih murah kalau kita menumpang kapal ferry. 30 ribu dengan waktu tempuh kurang lebih 20 menit atau 44 ribu bagi kendaraan roda 4 plus 5 ribu untuk per penumpang dengan waktu tempuh satu jam bila lancar dan dua jam atau bahkan lebih bila antrian cukup panjang dan ombak laut sedang tak bersahabat , hayoo pilih mana? Tentunya pilih yang pertama kan? Namun sayangnya saat ini Suramadu masih minim fasilitas meski nantinya terdapat rencana pembangunan Masjid yang berada di kawasan Rest Area Jembatan Suramadu, sekitar 300 meter dari ujung Jembatan Suramadu di sisi Madura yang hingga kini belum terealisir. Rest Area yang hingga kini belum terealisir membuat pengguna Suramadu harus menahan buang air kecil karena tak ada toilet higienis yang tersedia dan harus mengisi BBM kendaraan Full sebelum masuk area jembatan Suramadu mengingat belum tersedianya SPBU di sekitar suramadu. Jadi apakah pengguna Suramadu harus menunggu selesainya pembangunan rest Area hanya untuk buang air kecil? Atau apakah kami harus terpaksa buang air kecil di antara bilik-bilik pedagang kaki lima yang berjajar semrawut di kawasan Kaki Jembatan Suramadu?


pedagang kaki lima yang menjamur semrawut di sepanjang KKJS ; sumber : antarafoto.com
apakah toilet menunggu terealisirnya pembangunan rest area Suramadu? tentu tidak bukan.  kebutuhan akan toilet ini bisa diakomodir dengan pengadaaan toilet portable yang mau tidak mau harus disediakan oleh penyedia jasa tol Suramadu. Kami Bayar, anda servis, kami senang, kami ikut jaga. Mungkin demikian yang bisa saya gambarkan sedikit mengenai ketidaktersediaan toilet di sepanjang tol Suramadu.

Syukurlah hasrat saya untuk buang air kecil saat itu tiba-tiba lenyap gegara masuk ke dalam salah satu kios pedagang kaki lima yang katanya menyediakan kamar kecil yang ternyata hanyalah bilik kecil yang tertutup terpal beralas lantai semen yang sudah mengelupas dan sebuah ember yang hanya terisi air sepertiganya..uppss hhhh bau pesing menyeruak saat terpal disibakkan. Ah sayangnya saya tak sempat mendokumentasikan hanya karena tiba-tiba hilang hasrat buang air kecil dan mata tiba-tiba melihat benda mungil nan lucu, beberapa lembar batik yang cocok untuk oleh-oleh. yah, belanja di kios kios yang berada di area KKJS (kawasan Kaki Jembatan Suramadu) ini, jauh dari nyaman, karena kami harus dihadapkan pada minimnya kebersihan, kerapian  kios dan sekitarnya, para pedagang yang setengah memaksa, menyerbu dan sedikit bermain tipu-tipu soal harga. inilah yang mungkin tak tersentuh oleh instansi terkait perihal etika penjual kepada pembeli yang cenderung membuat kurang nyaman dan ragu untuk kembali membeli souvenir dari kios kios tersebut. mudah-mudahan  kedepannya instansi terkait lebih memperhatikan hal hal di atas sehingga pembeli merasa nyaman. bukankah Suramadu menjadi pintu gerbang Madura? jika pintu gerbangnya saja sudah tidak nyaman , patutlah diragukan bila masuk lebih dalam akan jauh lebih tidak nyaman.

souvenir khas madura
ini sebagian batik buruan saya di Madura yang masih tersisa

Ngomong-ngomong batik, saya tak hanya mendapatkan batik dari kios kaki lima di sepanjang KKJS (kawasan Kaki Jembatan Suramadu ) ini loh, karena saya sebenarnya sudah sempat mendatangi beberapa kampung batik dan sentra penjualan batik di bangkalan yang memiliki warna cantik. Wisata batik yang menjadi salah satu  tujuan saya bila berkunjunn ke madura ini tak jauh dari jembatan suramadu. 30 menit dari gerbang suramadu kita akan menemui banyak kampung batik yang tentunya masih perlu mendapatkan pendampingan dari kementrian perindustrian agar dapat memperbaiki kualitas, cara display, promosi dan pengemasan sehingga daya jual semakin tinggi.


sumber : Travelbatik.com

 
Yah, dibalik hilangnya mata pencaharian banyak orang di area penyeberangan Ujung-Kamal, ternyata ada rezeki yang tersedia bagi orang lain di sisi lain kamal untuk memproduksi pernak pernik madura dan batik madura. Namun, lagi-lagi perlu ada bimbingan dari instansi terkait agar produksi pernak-pernik khas madura bisa memiliki daya jual yang lebih tinggi dan pedagang kaki lima dapat memberikan servis yang lebih baik kepada konsumen.

Membuat sebuah kawasan industri dagang terpadu lengkap dengan atraksi wisata yang dijadwalkan secara bergilir, rasanya akan jauh lebih mempermudah proses pemantauan dan pendampingan dari BPWS dan instansi terkait lainnya. Saya bermimpi bila rest area yang akan dibangun nantinya, kita akan dapat menemui sentra batik dan pelatihan membatiknya, makanan khas madura , sentra produksi olahan laut dan sentra atraksi wisata. Loh, nantinya wisatawan tidak akan datang ke wilayah madura lainnya dong? perlu trik agar wisatawan ketagihan terhadap apa yang disajikan di kawasan industri dagang dan wisata terpadu tersebut. anggaplah di kawasan tersebut kita memberi testernya, dan untuk lebih lengkapnya menggali sentra industri dagang dan wisata tersebut maka wisatawan dipersilahkan datang ke sumber-sumber tester tersebut.

Perlukah guide ? tentu saja. sebuah kantor yang menyediakan tour guide sebagaimana bila kita masuk ke Pulau Bali rasanya perlu dicontoh. Di sini wisatawan bisa mendapatkan informasi obyek dan jadwal wisata tersedia, pramuwisata, kendaraan pendukung wisata bahkan call center gratis bagi wisatawan. bukankah lebih baik kita menyediakan di pintu gerbang daripada nantinya kita harus mengurusi wisatawan yang tersesat dalam melakukan perjalanan wisatanya.

Yah, mudah-mudahan BPWS selaku pendamping pembangunan, pengelolaan, dan pembangunan di kawasan madura dan Jembatan Suramadu lebih respek dengan kebutuhan wisatawan, pengguna jalan, pedagang kaki lima dan masyarakat sekitar jembatan Suramadu, bukankah pembangunan Jembatan Suramadu untuk percepatan taraf ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pariwisata, informasi, layanan jasa, dll. Karya anak bangsa ini tak akan sia-sia apabila pengelolaannya menyesuaikan dengan kultur setempat. Mudah-mudahan. Bila dimenej dengan baik dan memiliki SOP yang jelas saya yakin karya spektakuler  anak bangsa ini tentunya akan mendongkrak perekonomian pulau nan eksotis lengkap dengan keunikan kultur dan budaya yang harus kita pertahankan. Semoga!!


Rabu, 26 November 2014

keberkahan akan kita raih dengan keikhlasan

di tahun 97 saya memulai bekerja sebagai guru SD meski dengan upah 50 ribu/bulan Dan itu saya jalani hingga tahun 2004 dengan upah meningkat hingga 100 ribu/bulan. rugikah saya? TIDAK
bila mengingat  pada masa itu rasanya tidak percaya bila saya bila melakoninya.
kecintaan saya pada anak-anak dan dunia pendidikan mengalahkan keinginan memiliki gaji, upah atau honor seperti rekan kerja yang lain. bahkan seringkali bila saya mendapati murid bimbingan mendapatkan nilai rendah, saya menawarkan diri untuk memberikan beberapa saat waktu luang untuk les bagi mereka tanpa biaya apapun.alias gratis.

memang...ada beberapa teman yang mengatakan "rugi mbak...ngelesi anak orang nggak mbayar"
di benak saya saat itu hanyalah ingin memberikan kebahagiaan bagi anak didik saya saat ia berhasil mendapatkan nilai baik dengan jerih payahnya sendiri. saat itu saya bepikir tak ada ruginya saya memberikan jam tambahan di luar jam sekolah bagi anak-anak yang nilainya kurang, yah anggap saja saya sedang membangun rumah di surga, menata batanya satu persatu dengan merangkai kata dan angka agar anak didik tak lagi kesulitan menghadapi pelajaran.




lagipula saat saya kuliah, biaya pendidikan sudah tercukupi dari beasiswa dan pemasukan dari jasa terjemahan bahasa yang saya terima. jadi saya sudah mendapatkan rezekinya dari celah yang lain.

ya semua akan terasa ringan bila menikmatinya apalagi profesi guru SD saya saat itu yang membukakan jalan sehingga saya akhirnya menekuni profesi dosen hampir 13 tahun lamanya. perlahan namun pasti sedikit demi sedikit rezki yang saya terima jauh lebih dari cukup semenjak saya menekuni profesi dosen. mengajar di SD adalah bonus dari Allah agar saya mengelola waktu belajar, kuliah, bekerja, beribadah, bersantai dan bersabar. mengapa? bukankah profesi dosen jauh lebih mudah? siapa bilang? bila mengajar SD saya hanya dihadapkan pada anak-anak yang menangis putus asa tak bisa membaca, atau berhitung, mengajar tanpa sela bantahan, namun dengan menjadi dosen maka saya harus siap dimusuhi mahasiswa karena memang salah satu mata kuliah yang saya ampu menekankan disiplin. dosen killer? iya kali ya. menjadi dosen juga harus siap dibantah oleh mahasiswa, mahasiswa kritis akan selalu ada disetiap kelas yang siap menghadang proses belajar mengajar . OMG ...

but...semua akan terasa ringan bila kita mencintai profesi tersebut, sedikit banyaknya penghasilan yang kita terima akan berkah bila kita ikhlas melakukannya daannnnn  tentunya bila kita mencintai profesi tersebut.


Mood booster masa PSBB di Coger madani , ngopi asyik di Bandung timur

Frezze ...     Iya. Menyelesaikan naskah berhari hari sudah jadi makanan saya selama  8 tahun ini. Dalam 2 bulan bisa 2-3 naskah buku yang...