Senin, 11 Januari 2016

bangga dengan ragam suku Indonesia



Kita tidak pernah tahu akan terlahir dari suku apa.
Kita tidak pernah bisa memilih akan terlahir dari suku apa
Namun kita harus tahu bagaimana memupuk rasa bangga terlahir dari suatu suku
Dan kita harus memiliki rasa toleran bila ada suku lain yang berdampingan hidupnya dengan kita

Tak ada yang bisa memberikan judgement bahwa suku X adalah suku tukang sate, suku Y adalah suku primitive, suku z adalah suku materialistis. Semua kembali pada diri kita sendiri bagaimana menempatkan diri dalam suatu masyarakat. Bila memang ada mayoritas suku di beberapa tempat memiliki profesi yang sama seperti tukang potong rambut, pedagang atau bahkan tukang sate seperti yang pernah salah satu orang katakan, percayalah bahwa mereka adalah orang-orang yang tangguh. Tidak semua orang dapat berperan sebagai perantau. Berbagai kesulitan, kendala bahasa, budaya, adaptasi mereka bisa atasi meski harus meneteskan keringat dan air mata.
Mungkin ada anggapan bahwa membahas hal ini adalah hal yang sangat klise. Namun, inilah saya yang terlahir di suatu suku, memiliki keluarga dengan multi suku, hidup dengan berbagai suku, menyatu dengan mereka karena saya merasa sama, Indonesia. Jangan pernah ada lagi kalimat “ hati-hati loh, dia sukunya tukang sate” , “hati-hati, biasanya kalau suku itu materialistis” ckckck…..
Ah, mungkin status tidak penting , status mengarah SARA, tapi inilah saya ketika berjuta asumsi berkelebat di kepala ketika bertemu dengan seseorang yang mungkin memiliki wawasan kebangsaan yang minim, minim bersosialisasi, minim toleransi atau minim pengetahuan?

Mood booster masa PSBB di Coger madani , ngopi asyik di Bandung timur

Frezze ...     Iya. Menyelesaikan naskah berhari hari sudah jadi makanan saya selama  8 tahun ini. Dalam 2 bulan bisa 2-3 naskah buku yang...