Mungkin saat anda membaca ini, terbersit kata “sok idealis”
Namun, cobalah kita lihat beberapa tahun terakhir ini, ada
banyak pertikaian, protes, demo yang menyangkutpautkan agama, suku dan ras
didalamnya
Mungkin memang terlihat kecil
Namun, tentunya hal tersebut bagaikan api dalam sekam
Lambang Negara, lagu kebangsaan, konstitusi bukan lagi
terpatri di hati banyak warga Negara
Semua seakan menjadi simbol
Menyanyikan lagu “Indonesia Raya” hanyalah dianggap sebagai
rutinitas, namun liriknya tak merasuk ke dalam kalbu
Mengerti dan memahami esensi dasar Pancasila, enggan
dilakukan oleh muda mudi kita. Bahkan seringkali kita mendapati mereka tidak
tahu apa isi dari masing-masing sila yang ditujukan oleh pendiri Negara ini
untuk menjadikannya sebagai dasar dari jatidiri masing-masing individu yang
ingin dan mau mengakui bahwa ia adalah orang Indonesia
Konstitusi hanyalah konstitusi sebagai hiasan Negara, karena toh ada “banyak” pejabat Negara
(eksekutif), legislatif dan yudikatif ternyata mengganggap bahwa aturan,
tatanan di Negara yang ditempatinya hanyalah untuk dibuat dan dilanggar.
Jikalau ini terus menerus dibiarkan, maka bagaimana nasib
anak cucu kita nantinya? Bisakah mereka tetap menikmati Indonesia seperti yang
kita rasakan dahulu?
JUJUR , saya ngga
yakin. Jangankan di tingkat elit. Bahkan seringkali kesukuan saya
dipermasalahkan dan dijadikan olok-olok oleh “mereka-mereka” yang merasa memiliki suku
terbaik.
Atau pernah saya mendengar “anak-anak” setingkat SD
mengolok-olok temannya perkara agama yang berbeda.
Masih teringat segar saat saya masih duduk di bangku SMP,
salah satu guru mengatakan “penganut agama apapun yang ada di Indonesia berhak
mendapatkan perlakuan yang sama dari penganut agama lainnya dan tentunya
NEGARA. Tapi sekarang? Ah…tak perlu saya menjawabnya, andapun pasti tahu
jawabnya.
Apakah kita akan diam? Sampai kapan? Janganlah sampai ada
anggapan bahwa “toh baru SD, mereka ngga tahu apa-apa”. Wooww…salah bila ada
anggapan seperti itu. Anggaplah mereka tunas-tunas yang baru tumbuh, bila kita
tidak mau memupuknya dengan nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai bela Negara,
nilai-nilai kebaikan sebagaimana pupuk tanaman, maka mereka akan mati atau
tumbuh tanpa memberikan hasil terbaik bagi bangsa ini
Pendidikan Bernegara yang berkarakter INDONESIA yang selalu
digembar gemborkan tidak tuntas!! Pelajaran PPKN atau PMP atau PKN atau apalah
namanya itu hanyalah dianggap sebagai pelajaran pelengkap penderita. Benar-benar
tidak tuntas. “ Ah, Cuma pelajaran PPKN, gampang tuh” .
Entah dimana letak kesalahannya, kurikulum, gurunya,
muridnya, orangtuanya atau lingkungan sekitarnya?
Mudah-mudahan jangan hanya asal slogan saja
Toleransi, menghargai dan mencintai negeri ini dengan
sebenar-benarnya harus ditanamkan sedalam-dalamnya ke lubuk hati yang paling
dalam
Kalau bukan dari kita, anak-anak kita, lalu siapa lagi yang
menyelamatkan tanah tumpah darah kita ?
sumber : pojoksatu.co.id |
Idealisme dimiliki karena mencintai negeri ini
Idealisme dimiliki karena rasa memiliki Negara ini dan
sungguh menyakitkan ketika apa yang kita miliki dikoyak-koyak oleh kepentingan
yang sama sekali tak mewakili kepentingan bersama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar