Tugas membaca?
Wah, semua orang juga bisa lah
Tebaklah, ketika 10 anak diberi tugas membaca , mencatat
siapakah penulisnya, siapakah tokohnya, penerbit manakah yang menerbitkan buku,
maka tidak akan lebih dari setengahnya yang dapat menceritakan isi cerita buku
tersebut. Mereka bisa saja mencatat nama penulis dan penerbit dari halaman
sampul depan. Isinya? Belum tentu…..tentunya Waste of time dan
tidak mendidik anak untuk mencintai bacaan. Tugas tersebut hanya akan menjadi
rutinitas belaka. Hanya karena takut akan perintah. Lalu bagaimana menariknya
ke dalam dunia literasi?
Berikan contoh!
Bagaimana?
Orang yang jauh lebih dewasa, bisa itu kakak, orangtua ,
saudara bahkan guru memberikan contoh bahwa mereka mencintai membaca.
Bagaimana anak akan mencintai membaca jika yang menugaskan
membaca sibuk dengan jari jemari di handphone sambil tersenyum senyum sendiri
atau hanya sibuk mengobrol dengan rekannya ..
Aih….
Gagal sudahlah misi kita membuat anak mencintai ilmu
pengetahuan melalui membaca.
“kenapa aku harus membaca bunda? Pelajaran di sekolah kan
sudah banyak. Yang di buku juga nggak berguna?”
Kalimat ini pernah terlontar 3 tahun yang lalu oleh si
kecilku… dan pertanyaan itu berkali kali diungkapkan kemudian hingga saat ini ketika
ia telah mencintai membaca
“Kak, ilmu yang didapat dari buku itu tidak hanya akan
dipakai sekarang. Ibaratnya sekarang kita menabung ilmu di satu bagian otak
kita seperti halnya kita memiliki brankas. Satu saat kita akan mengambilnya
ketika membutuhkannya, entah esok, lusa, tahun depan atau dua puluh tahun
kemudian”
Dan…saya pun memang mencintai membaca sejak kecil karena
kedua orang tua juga telah memberikan atmosfir literasi semenjak di dalam rumah
dimana sehari-hari kita beraktifitas.
Sekarang, ketika usia si kecil jelang 9 tahun, ia sudah bisa
duduk tenang di sudut ruangan, membaca dengan tenang, membaca hingga usai, menceritakan
kembali dan bahkan dapat membuat cerita imajinasi dari hasil membacanya.
Satu lagi…ia
jadi ketagihan bacaan baru ketika buku-buku dirumah sudah ditamatkannya. Toko
buku-pun menjadi salah satu tempat yang menyenangkan buatnya…
Mengapa?
Dengan menulis maka kita akan dapat meninggalkan jejak ilmu
yang akan terus mengalir kepada pembacanya. Ilmu yang bermanfaat itu akan mengalirkan
pahala kepada penulisnya.
Namun, mustahil kita dapat menulis apabila tidak membaca
referensi. Semakin banyak membaca, maka akan semakin banyak kita memiliki ide
untuk menulis.
Jadi masih ragu dan enggan memberikan contoh cinta membaca kepada
tunas kita ?
“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih
dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan
abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Pramoedya Ananta Toer)
* meski baru 1 tulisan yang diterbitkan di salah satu media lokal jawa
barat, Alhamdulillah, ternyata “si kecilku “ sedikit demi sedikit sudah mampu menuangkan
kosakata yang selama ia kumpulkan melalui bacaan ke dalam sebuah tulisan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar