alhamdulillah , saya belum pernah merasakan mencoret-coret
baju dengan spidol atau pilox. rasanya kok terlalu lebay melakukan semua itu.
pikir saya saat itu adalah masa depan saya masih panjang, ibu yang sendirian
membiayai hidup saya juga sudah terlihat kesulitan mencari biaya. pulang dari
kelulusan sendirian, menjauh dari hiruk pikuk hura-hura. mencium tangan ibu dan
melakukan kegiatan di rumah seperti biasanya. Sedangkan anak-anak
sekarang banyak yang melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Konvoi di
jalanan dengan kendaraan bermotor yang tentunya memboroskan bbm, mencoret-coret
seragam yang mungkin seragam tersebut dibeli orangtuanya dengan susah payah. Kok
tega mereka melakukan semua itu?
Saya bersyukur bisa diterima di universitas negeri di Malang
jauh sebelum pengumuman kelulusan terdengar. Beasiswa penuh sampai lulus juga
sudah di tangan. Minimal beban ibu agar saya bisa melanjutkan ke perguruan
tinggi sudah berkurang. Tinggal berpikir
bagaimana saya bisa memiliki sedikit uang jajan kala kuliah. Pendek cerita, ketika
masa kuliah seringkali beasiswa tak turun tepat waktu sehingga kadang
pembayaran spp harus nombok dulu…hhh….tapi ada hikmahnya, saya tidak bisa
berleha-leha. Berjualan asesoris, bros, menerima terjemahan, pengetikan,
menulis di media ataupun jualan kosmetik saya jabanin asalkan halal. Ini saya
lakukan tanpa sepengetahuan ibu (meski saat ini ibu akhirnya tahu setelah belasan
tahun berlalu) karena saya tidak ingin membebani beliau bahwa yang namanya
kuliah tidak hanya sekedar bayar spp, beli buku dan ongkos transport. Saya membutuhkan
uang untuk sewa computer karena saat itu belum memilikinya, saya butuh uang
untuk fotokopi beberapa bahan kuliah, bahkan membayar sewa internet yang saat
itu membutuhkan uang Rp. 6000-7500/jam. Semua itu saya penuhi dengan berbagai
cara hanya agar ibu bisa merasa ringan tak terbebani urusan non teknis
perkuliahan.
Alhamdulillah, meski prosesnya berat, kadang harus pulang
larut malam karena menyelesaikan terjemahan di tempat rental computer, akhirnya
saya bisa meraih prestasi sebagai mahasiswa berprestasi. Lagi-lagi saya bisa
menghadirkan senyuman ibu. Senang sekali melihatnya tersenyum dan binar-binar
di bola matanya terlihat kembali. Tidak ada yang sia-sia bila kita berusaha. Tak
sampai 4 tahun saya dapat menyelesaikan gelar sarjana.
Pulang wisuda, tidak ada acara foto bersama ibu atau adik
seperti wisudawan lainnya
Tidak ada acara makan-makan seperti wisudawan jaman sekarang
Saya harus kembali ikat pinggang karena lolos diterima di
program pascasarjana Brawijaya Malang.
Kegiatan bersenang-senang harus di-skip. Saya harus bekerja
sebagai dosen, sekaligus penerjemah dan sesekali berjualan disela-sela saya
menempuh pendidikan magister. Ketika ada beberapa teman bersenang-senang
mengisi waktu senggang kuliah dengan makan-makan, jalan-jalan rekreasi ke
beberapa tempat wisata, saya hanya kembali berjibaku dengan orderan terjemahan
yang makin menumpuk ditambah sedikit jadwal mengajar. Ya Allah, saya seringkali
berjibaku dengan deadline dari customer terjemahan. Rasanya kaki hingga kepala kembali
ditusuk jeruji besi ketika deadline sudah makin dekat. Namun Alhamdulillah,
sedikit demi sedikit mulai dari recehan 20 ribu hingga ratusan ribu bisa saya
kantongi dalam seminggu. Tanpa iklan, tanpa media sosial yang saat itu belum
ada. semuanya karena getok tular alias dari mulut ke mulut. Apa hikmahnya? Saya
mendapat penghasilan, banyak belajar dari orderan terjemahan karena saya
menerjemahkan tidak mengandalkan alat penerjemah otomatis dari computer,
melainkan membaca terlebih dahulu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
atau sebaliknya dari bahasa Indonesia ke bahasa inggris. Tidak ada satupun
teman dari satu program studi yang mengetahui saya melakoni pekerjaan tersebut.
Semuanya berkat salah seorang teman dari jurusan lain yang memanfaatkan jasa
saya kemudian menyebar luas kepada teman-teman seangkatannya. Allah mengurangi
jatah saya di satu bagian namun melebihkan di bagian lain sehingga bisa
bermanfaat bagi orang lain dan tentunya diri saya hingga kini. Alhamdulillah
setelah 14 tahun terbiasa dengan ritme deadline, Allah memberikan rezeki baru
untuk saya sebagai penulis buku. Kembali lagi berkutat dengan banyak buku
sumber, deadline disela-sela jadwal mengajar. Semuanya berproses, semuanya ada
hikmah, doa kita bukan tidak dikabulkan namun kita harus menikmati proses
menuju doa yang terkabulkan, hanya rasa syukur yang membuat kita ingat bahwa
Allah telah mengatur segalanya agar kita dapat bermanfaat bagi diri, keluarga
dan sesama melalui banyak liku dan proses baik suka maupun duka.
so, buat muda-mudi sebaiknya hargailah diri sendiri. lakukan hal positif yang bermanfaat buat orang lain. bersenang-senang yang justru mengganggu kepentingan orang lain demi nafsu menunjukkan eksistensi dengan cara apapun bukanlah hal yang patut dilakukan.
masih banyak muda-mudi lainnya yang harus berjuang untuk meraih cita-citanya tanpa harus mengandalkan jabatan orang tua atau keluarga besarnya
menghargai diri sendiri dengan usaha nyata dan murni dari diri merupakan satu pilihan yang harus jadi prioritas
orang-orang akan jauh lebih menghargai anda daripada harus terus menerus menggantungkan diri anda pada jabatan orang tua sementara anda sendiri sok-sok an menjadi jagoan padahal nol
----belajar dari kasus pelajar yang mengaku anak kapolda riau dan menghardik polwan dengan arogan-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar