Kita tidak pernah tahu akan terlahir dari suku apa.
Kita tidak
pernah bisa memilih akan terlahir dari suku apa
Namun kita harus tahu bagaimana memupuk rasa bangga terlahir
dari suatu suku
Dan kita harus memiliki rasa toleran bila ada suku lain yang
berdampingan hidupnya dengan kita
Tak ada yang bisa memberikan judgement bahwa suku X adalah
suku tukang sate, suku Y adalah suku primitive, suku z adalah suku
materialistis. Semua kembali pada diri kita sendiri bagaimana menempatkan diri
dalam suatu masyarakat. Bila memang ada mayoritas suku di beberapa tempat
memiliki profesi yang sama seperti tukang potong rambut, pedagang atau bahkan
tukang sate seperti yang pernah salah satu orang katakan, percayalah bahwa
mereka adalah orang-orang yang tangguh. Tidak semua orang dapat berperan
sebagai perantau. Berbagai kesulitan, kendala bahasa, budaya, adaptasi mereka
bisa atasi meski harus meneteskan keringat dan air mata.
Mungkin ada anggapan bahwa membahas hal ini adalah hal yang
sangat klise. Namun, inilah saya yang terlahir di suatu suku, memiliki keluarga
dengan multi suku, hidup dengan berbagai suku, menyatu dengan mereka karena
saya merasa sama, Indonesia. Jangan pernah ada lagi kalimat “ hati-hati loh,
dia sukunya tukang sate” , “hati-hati, biasanya kalau suku itu materialistis”
ckckck…..
Ah, mungkin status tidak penting , status mengarah SARA,
tapi inilah saya ketika berjuta asumsi berkelebat di kepala ketika bertemu
dengan seseorang yang mungkin memiliki wawasan kebangsaan yang minim, minim
bersosialisasi, minim toleransi atau minim pengetahuan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar