Pergaulan anak-anak sekarang sangat berbeda jauh dengan apa
yang saya alami 20 -30 tahun yang lalu. Dahulu, bila lingkungan kurang kondusif
untuk pergaulan maka orangtua akan mulai ikut campur dengan memberikan banyak
nasihat dan anak akan MENURUT. Tapi sekarang? Ketika kita melihat pergaulan
anak-anak kita seolah-olah baik ternyata lingkungan disekitarnya bisa sangat
dibilang kejam untuk anak usia 7 tahun. Ketika seorang anak memiliki kelebihan
baik akademik dan non akademik, seringkali yang kita hadapi adalah perlakuan
dari beberapa teman disekitarnya yang sudah memiliki bibit iri dan dengki.
Menginjak kaki teman, menyilangkan kaki sehingga temannya
terjatuh, mengejek, membentuk geng anak-anak dan mengajak teman-temannya untuk
menjauhi seseorang atau beberapa temannya yang tidak sefaham dengannya adalah
hal biasa yang kita temui saat ini.
Media televisi , media social, buku atau bacaan yang mulai
beragam berperan penting membentuk karakter anak dari anak-anak yang baik
menjadi anak-anak yang seperti saya katakan di atas. Lalu siapakah yang akan
menjadi remnya? Tentunya orangtua yang selalu mendampingi anak-anaknya akan
menjadi rem pakem optional bagi
tumbuh kembang anak-anak. Namun semuanya akan menjadi kendala bila akhirnya ada
orangtua yang bahkan mendukung perilaku premanisme cilik di sekolah karena
adanya persaingan social, kemampuan dan pengaruh. Anak akan mengambil
kesimpulan bahwa ia melakukan hal terbaik karena ada dukungan dari orangtua. Memang
tidak ada sekolah yang membuat seseorang atau pasangan menjadi orangtua sempurna.
Namun bukankah kita wajib mencharge ilmu
parenting dengan mencari tahu sebanyak-banyaknya bagaimana menghadapi anak-anak
masa kini sehingga kita bisa mendampingi dan mengarahkan anak agar anak-anak
kita menjadi anak-anak yang nantinya mengayomi, menjadi contoh, menjadi
kebanggaan bagi sekitarnya.
Mendampingi dan mengarahkan anak dengan lingkungan
sekitarnya, bukanlah menjadi setir bagi anak. Hal tersebut akan menjadi bibit
bagi anak untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan menguatkan mentalnya dengan
kondisi lingkungan yang makin tak kondusif. Menunjukkan mana yang baik dan
buruk langsung di tempat kejadian perkara dan memberikan solusi menghadapinya
di masa yang akan datang akan menumbuhkan rasa bahwa AKU BISA melakukan dan
menghadapi hal tersebut bagi anak. Dukungan bagi anak bukanlah berupa uang atau
barang, tetapi cara kita mengarahkannya berupa Pelukan, kalimat, sorot mata dalam menghadapi
dunia nyata inilah yang membuat anak merasa mendapat dukungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar