Suramadu di malam hari |
Siapa yang tidak kenal jembatan Suramadu?
jembatan yang melintasi selat Madura menghubungkan Pulau Jawa (Surabaya) dan Pulau Madura (Bangkalan) Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini bahkan kabarnya terpanjang di Asia Tenggara. Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu Jalan Layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge).
Sayangnya saya baru menginjakkan kaki di jembatan suramadu
di tahun 2010 tepatnya di moment idul fitri setelah hampir setahun jembatan
Suramadu diresmikan di tanggal 10 juni 2009.
Setelah bermukim di kota Bandung selama tiga tahun akhirnya
saya dapat kembali menginjakkan kaki di pulau Madura.
Saya adalah orang keturunan Madura namun tidak pernah besar
dan bermukim di pulau Madura. Bahkan almarhum ayah sayapun dimakamkan di
Pamekasan Madura karena beliau memang asli 100% Madura . rupanya inilah hikmahnya beliau dimakamkan di kota Pamekasan Madura
sehingga kami putra-putrinya dan cucunya masih memiliki keterikatan dan tak
terputus hubungan sebagai ‘reng medhureh’. Alhasil sayapun akhirnya dapat
menikmati Jembatan Suramadu setiap kali mudik ke Jawa Timur.
Sebelumnya di tahun 2007 hingga akhirnya pindah dan bermukim di Bandung, Jembatan suramadu masih dalam
tahap pengerjaan sehingga saat saya berkunjung ke rumah sanak saudara di
Madura, saya bersama suami menggunakan moda transportasi kapal ferry untuk
mencapai Pulau Madura. Antri, menyeberang dengan ditemani oleh ombak laut yang
relatif bersahabat, dan tentunya membutuhkan waktu kurang lebih minimal satu
jam untuk menyeberang dari surabaya ke Kamal Madura. Namun semenjak Jembatan
suramadu beroperasi, hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh menit untuk
mencapai Pulau Madura.
Perjalanan
Mudik dari Bandung- Malang-Madura di tahun 2010 yang melelahkan ternyata harus dibarengi
dengan acara nyasar karena minimnya petunjuk yang mengarahkan ke Suramadu
semenjak kendaraan kami keluar dari tol Malang-Surabaya. Galau tingkat tinggi
saat petunjuk GPS dan petunjuk di jalan tidak sama..ooohhh buat kami yang telah
lama tak bermukim di Jawa Timur tentunya menyulitkan. Rasanya ingin melanjutkan
perjalanan dengan kapal Ferry saja bila kami tak kunjung menemukan dimana
Jembatan Suramadu.
benar kan...begitu riangnya anakku saat menara kembar terlihat di kejauhan |
Namun akhirnya karena bujuk rayu
si kecil yang ingin menikmati perdana jembatan kebanggaan Warga Jawa Timur maka kami rela tanya sana sini, naik turun
kendaraan untuk bertanya.
Yuhuuu ….akhirnya perjuangan kami berhasil. Kelelahan dan kesasar akhirnya terbayar dengan terlihatnya dari kejauhan menara kembar di Jembatan Utama Suramadu.
Yuhuuu ….akhirnya perjuangan kami berhasil. Kelelahan dan kesasar akhirnya terbayar dengan terlihatnya dari kejauhan menara kembar di Jembatan Utama Suramadu.
Meski demikian kami berharap agar instansi yang memiliki otorisasi pembuatan petunjuk jalan ke arah Suramadu perlu memperbanyak dan memperjelas petunjuk arah sehingga "turis" seperti kami tidak akan nyasar.
“Bunda, itu Suramadu? Kereeeeen”
ungkap putra kami setelah melihat dari kejauhan, Jembatan yang membuat kami
penasaran. Eksotiknya pemandangan di sekitar jembatan suramadu makin terasa ketika
kami melihat di kejauhan banyak Kapal yang
berlalu lalang, pemandangan pelabuhan kamal dan makin membuat kami terpesona
dan nekat untuk berhenti. Ups, berhenti? Boleh? Tentu tidak, ada patroli Jalan
Raya yang siap memperingatkan para pengemudi kendaraan yang berhenti di badan jalan.meski di Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter
dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter namun untuk keselamatan pengguna
jembatan maka terdapat rambu larangan berhenti. Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus
bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar jembatan. Tapi nekat ya tetap
nekat, hitung-hitung oleh-oleh dan kenangan bila kami kembali ke kota Bandung.
Ssttt…Pengelola
Suramadu, please sediakan tempat bagi kami anak negeri yang amat bangga dengan
karya spektakuler ini untuk selfi ya..atau bahkan tentunya turis manca/domestik tak berkeberatan apabila pengelola jembatan Suramadu menyediakan juru foto di tempat yang relatif aman di area Suramadu untuk berfoto dengan biaya yang rasional. bukankah dengan memberdayakan warga setempat sebagai juru foto akan membuka lapangan kerja baru? Kami tunggu , sehingga tak ada lagi pengguna jalan yang berhenti di sembarang tempat untuk berfoto seperti kami....
sumber :hitzithariqi.wordpress.com |
sebelum Suramadu beroperasi, warga Madura siap dengan antrian panjang; sumber : Kabarbisnis.com |
Memasuki area Jembatan Suramadu maka cukup dengan 30 ribu rupiah untuk
tiket kendaraan roda 4 , yang pasti lebih murah kalau kita menumpang kapal
ferry. 30 ribu dengan waktu tempuh kurang lebih 20 menit atau 44 ribu bagi
kendaraan roda 4 plus 5 ribu untuk per penumpang dengan waktu tempuh satu jam bila
lancar dan dua jam atau bahkan lebih bila antrian cukup panjang dan ombak laut
sedang tak bersahabat , hayoo pilih mana? Tentunya pilih yang pertama kan? Namun
sayangnya saat ini Suramadu masih minim fasilitas meski nantinya terdapat rencana pembangunan
Masjid yang berada di kawasan Rest Area Jembatan Suramadu, sekitar 300 meter
dari ujung Jembatan Suramadu di sisi Madura yang hingga kini belum terealisir.
Rest Area yang hingga kini belum terealisir membuat pengguna Suramadu harus
menahan buang air kecil karena tak ada toilet higienis yang tersedia dan harus
mengisi BBM kendaraan Full sebelum masuk area jembatan Suramadu mengingat belum tersedianya SPBU di sekitar
suramadu. Jadi apakah pengguna Suramadu harus menunggu selesainya pembangunan
rest Area hanya untuk buang air kecil? Atau apakah kami harus terpaksa buang
air kecil di antara bilik-bilik pedagang kaki lima yang berjajar semrawut di
kawasan Kaki Jembatan Suramadu?
pedagang kaki lima yang menjamur semrawut di sepanjang KKJS | ; sumber : antarafoto.com |
apakah toilet menunggu terealisirnya pembangunan rest area Suramadu? tentu tidak bukan.
kebutuhan akan toilet ini bisa diakomodir dengan pengadaaan toilet portable
yang mau tidak mau harus disediakan oleh penyedia jasa tol Suramadu. Kami
Bayar, anda servis, kami senang, kami ikut jaga. Mungkin demikian yang bisa
saya gambarkan sedikit mengenai ketidaktersediaan toilet di sepanjang tol
Suramadu.
Syukurlah hasrat saya untuk buang
air kecil saat itu tiba-tiba lenyap gegara masuk ke dalam salah satu kios
pedagang kaki lima yang katanya menyediakan kamar kecil yang ternyata hanyalah
bilik kecil yang tertutup terpal beralas lantai semen yang sudah mengelupas dan
sebuah ember yang hanya terisi air sepertiganya..uppss hhhh bau pesing
menyeruak saat terpal disibakkan. Ah sayangnya saya tak sempat
mendokumentasikan hanya karena tiba-tiba hilang hasrat buang air kecil dan mata
tiba-tiba melihat benda mungil nan lucu, beberapa lembar batik yang cocok untuk
oleh-oleh. yah, belanja di kios kios yang berada di area KKJS (kawasan Kaki Jembatan Suramadu) ini, jauh dari nyaman, karena kami harus dihadapkan pada minimnya kebersihan, kerapian kios dan sekitarnya, para pedagang yang setengah memaksa, menyerbu dan sedikit bermain tipu-tipu soal harga. inilah yang mungkin tak tersentuh oleh instansi terkait perihal etika penjual kepada pembeli yang cenderung membuat kurang nyaman dan ragu untuk kembali membeli souvenir dari kios kios tersebut. mudah-mudahan kedepannya instansi terkait lebih memperhatikan hal hal di atas sehingga pembeli merasa nyaman. bukankah Suramadu menjadi pintu gerbang Madura? jika pintu gerbangnya saja sudah tidak nyaman , patutlah diragukan bila masuk lebih dalam akan jauh lebih tidak nyaman.
souvenir khas madura |
ini sebagian batik buruan saya di Madura yang masih tersisa |
Ngomong-ngomong batik, saya tak hanya mendapatkan batik dari kios kaki lima di sepanjang KKJS (kawasan Kaki Jembatan Suramadu ) ini loh, karena saya sebenarnya sudah sempat mendatangi beberapa kampung batik dan sentra penjualan batik di bangkalan yang memiliki warna cantik. Wisata batik yang menjadi salah satu tujuan saya bila berkunjunn ke madura ini tak jauh dari jembatan suramadu. 30 menit dari gerbang suramadu kita akan menemui banyak kampung batik yang tentunya masih perlu mendapatkan pendampingan dari kementrian perindustrian agar dapat memperbaiki kualitas, cara display, promosi dan pengemasan sehingga daya jual semakin tinggi.
sumber : Travelbatik.com |
Yah, dibalik hilangnya mata
pencaharian banyak orang di area penyeberangan Ujung-Kamal, ternyata ada rezeki
yang tersedia bagi orang lain di sisi lain kamal untuk memproduksi pernak
pernik madura dan batik madura. Namun, lagi-lagi perlu ada bimbingan dari instansi
terkait agar produksi pernak-pernik khas madura bisa memiliki daya jual yang
lebih tinggi dan pedagang kaki lima dapat memberikan servis yang lebih baik
kepada konsumen.
Membuat sebuah kawasan industri dagang terpadu lengkap dengan atraksi wisata yang dijadwalkan secara bergilir, rasanya akan jauh lebih mempermudah proses pemantauan dan pendampingan dari BPWS dan instansi terkait lainnya. Saya bermimpi bila rest area yang akan dibangun nantinya, kita akan dapat menemui sentra batik dan pelatihan membatiknya, makanan khas madura , sentra produksi olahan laut dan sentra atraksi wisata. Loh, nantinya wisatawan tidak akan datang ke wilayah madura lainnya dong? perlu trik agar wisatawan ketagihan terhadap apa yang disajikan di kawasan industri dagang dan wisata terpadu tersebut. anggaplah di kawasan tersebut kita memberi testernya, dan untuk lebih lengkapnya menggali sentra industri dagang dan wisata tersebut maka wisatawan dipersilahkan datang ke sumber-sumber tester tersebut.
Perlukah guide ? tentu saja. sebuah kantor yang menyediakan tour guide sebagaimana bila kita masuk ke Pulau Bali rasanya perlu dicontoh. Di sini wisatawan bisa mendapatkan informasi obyek dan jadwal wisata tersedia, pramuwisata, kendaraan pendukung wisata bahkan call center gratis bagi wisatawan. bukankah lebih baik kita menyediakan di pintu gerbang daripada nantinya kita harus mengurusi wisatawan yang tersesat dalam melakukan perjalanan wisatanya.
Yah, mudah-mudahan BPWS selaku pendamping pembangunan, pengelolaan, dan pembangunan di kawasan madura dan Jembatan Suramadu lebih respek dengan kebutuhan wisatawan, pengguna jalan, pedagang kaki lima dan masyarakat sekitar jembatan Suramadu, bukankah pembangunan Jembatan Suramadu untuk percepatan taraf ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pariwisata, informasi, layanan jasa, dll. Karya anak bangsa ini tak akan sia-sia apabila pengelolaannya menyesuaikan dengan kultur setempat. Mudah-mudahan. Bila dimenej dengan baik dan memiliki SOP yang jelas saya yakin karya spektakuler anak bangsa ini tentunya akan mendongkrak perekonomian pulau nan eksotis lengkap dengan keunikan kultur dan budaya yang harus kita pertahankan. Semoga!!
Membuat sebuah kawasan industri dagang terpadu lengkap dengan atraksi wisata yang dijadwalkan secara bergilir, rasanya akan jauh lebih mempermudah proses pemantauan dan pendampingan dari BPWS dan instansi terkait lainnya. Saya bermimpi bila rest area yang akan dibangun nantinya, kita akan dapat menemui sentra batik dan pelatihan membatiknya, makanan khas madura , sentra produksi olahan laut dan sentra atraksi wisata. Loh, nantinya wisatawan tidak akan datang ke wilayah madura lainnya dong? perlu trik agar wisatawan ketagihan terhadap apa yang disajikan di kawasan industri dagang dan wisata terpadu tersebut. anggaplah di kawasan tersebut kita memberi testernya, dan untuk lebih lengkapnya menggali sentra industri dagang dan wisata tersebut maka wisatawan dipersilahkan datang ke sumber-sumber tester tersebut.
Perlukah guide ? tentu saja. sebuah kantor yang menyediakan tour guide sebagaimana bila kita masuk ke Pulau Bali rasanya perlu dicontoh. Di sini wisatawan bisa mendapatkan informasi obyek dan jadwal wisata tersedia, pramuwisata, kendaraan pendukung wisata bahkan call center gratis bagi wisatawan. bukankah lebih baik kita menyediakan di pintu gerbang daripada nantinya kita harus mengurusi wisatawan yang tersesat dalam melakukan perjalanan wisatanya.
Yah, mudah-mudahan BPWS selaku pendamping pembangunan, pengelolaan, dan pembangunan di kawasan madura dan Jembatan Suramadu lebih respek dengan kebutuhan wisatawan, pengguna jalan, pedagang kaki lima dan masyarakat sekitar jembatan Suramadu, bukankah pembangunan Jembatan Suramadu untuk percepatan taraf ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pariwisata, informasi, layanan jasa, dll. Karya anak bangsa ini tak akan sia-sia apabila pengelolaannya menyesuaikan dengan kultur setempat. Mudah-mudahan. Bila dimenej dengan baik dan memiliki SOP yang jelas saya yakin karya spektakuler anak bangsa ini tentunya akan mendongkrak perekonomian pulau nan eksotis lengkap dengan keunikan kultur dan budaya yang harus kita pertahankan. Semoga!!
wow keren.. semoga berhasil mak, judulnya eyecatchy banget heehe
BalasHapusterimakasih sudah ditengok kesini. mudah-mudahan meski sedikit ide bisa memberi kontribusi yang berarti
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSemoga diterima usulan yang baik ini, Mbak. Sayang juga jika jembatan yang sudah dibangun berbiaya mahal ini tak menghasilkan sesuai harapan
BalasHapusaamiin. mudah-mudahan. jangan sampai bangunan semegah Suramadu namun minim fasilitas. bukankah pembangunan Suramadu diharapkan mampu mendongkrak perekonomian warga di Pulau Madura? jika wisatawan saja kapok kembali ke madura hanya karena minim fasilitas , sangat disesalkan.
Hapusidenya bener banget mak, apalagi urusan toilet harusnya udah keharusan diperhatikan dan diutamakan, penting banget :) good luck mak
BalasHapuskalau menurut peraturan sih pengadaan toilet untuk fasilitas sekelas jalan tol atau jembatan penghubung ini harus ada setiap 25 km. Namun semenjak saya keluar dari pintu tol penghubunng Malang Surabaya, tidak menemui toilet kecuali harus berhenti sejenak di SPBU yang rasanya itu bukan fasilitas dari Jembatan Suramadu.
Hapusterimakasih sudah menengoknya mak..
Hapus